Respon Internasional Terhadap Kemerdekaan Bangsa Indonesia
- ebynmajid_
- Jul 21, 2020
- 3 min read
Setelah melakukan proklamasi tentu ada respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mungkin diantara kalian muncul pertanyaan tentang respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia, seperti apa respon dunia internasional dahulu terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia? Berbagai respon pun bermunculan ada yang menanggapinya dengan positif dan ada yang menanggapinya dengan negatif. Berikut akan dijabarkan materi respon internasional terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan dari Mesir
Haji Agus Salim, AR Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan Rasjidi mengemban misi kunjungan balasan ke Mesir, setelah sebelumnya Konsul Jenderal Mesir di Bombay, Abdul Mun`im bertandang ke Yogyakarta pada 13-16 Maret 1947.
Kunjungan Mun`im tersebut, menurut AR Baswedan pada buku Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya, mewakili Mesir dan mengemban pesan Liga Arab berisi dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia. Mun`im menyampaikan pesan tersebut kepada Presiden Soekarno pada 15 Maret 1947.
Setelah kunjungan Mun`im tersebut, keempat delegasi Indonesia lantas bertolak menuju Mesir. Kedatangan mereka bahkan mendapat atensi besar surat kabar Mesir.
Sehari setelah kedatangan mereka, menurut AR Baswedan, koran terbesar di Kairo “Al Ahrom” memuat foto delegasi RI. Kehadiran keempatnya mendapat sedikit ganjalan saat jadwal seharusnya melakukan penandatanganan kesepakatan persahabatan.
Ternyata, pihak Belanda melalui Duta Besar Belanda di Mesir sempat terlebih dahulu menemui PM Norakshi untuk menyampaikan keberatan mengenai sikap pemerintah Mesir terhadap Indonesia.
Duta Besar Belanda tersebut mengingatkan mengenai kerjasama ekonomi Belanda dan Mesir, juga mengancam akan menarik dukungannya terhadap Mesir bila tetap mendukung Indonesia.
PM Norakshi tak gentar dengan ancaman tersebut. Ia tetap menerima keempat delegasi RI dan tetap melangsungkan penandatanganan perjanjian persahabatan sekaligus pengakuan kemerdekaan RI.
Pengakuan dari India
Pada tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India. Indonesia mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu sedang mengalami krisis pangan akibat penjajahan Inggris. Diplomasi yang dilakukan oleh Sutan Syahrir ini lebih bersifat politis. Karena dengan peran Indonesia kepada India, India menjadi salah satu negara di Asia yang terus gencar menyuarakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemudian, India memprakarsai diadakannya Konferensi Inter-Asia atau Konferensi New Delhi pada 20-25 Januari 1949, dan yang memprakarsai adalah Pandit Jawaharlal Nehru. India sampai mengirimkan pesawat untuk menjemput delegasi Indonesia, yaitu H. Agus Salim. Konferensinya sendiri, dihadiri oleh beberapa negara seperti Arab Saudi, Ethiopia, Burma, Iran, Irak, Australia, Afganistan, Selandia Baru, Yaman, Sri Lanka, Nepal, Republik Rakyat Tiongkok, dan Muangthai.
Pengakuan dari Australia
Sekiranya 4.000 buruh kapal melakukan aksi mogok. Mereka menolak bongkar muat kapal-kapal pengakut persenjataan untuk Belanda.
Dukungan kuat publik Australia, terutama Australian Waterside Workers Union, para pelaut Indonesia, China, India tersebut membuat kapal-kapal Belanda tak bisa melanjutkan pelayaran. Aksi tersebut tersohor dengan sebutan “The Black Armada”.
Aksi para buruh tersebut terus berlanjut hingga membuat elit di Australia terpengaruh terhadap perjuangan Indonesia untuk mempertahankan perjuangan.
Hasil dari dukungan tersebut berbuah hasil manis. Pihak Australia lantas memfasilitasi pemulangan sekitar 1.400 tawanan perang Belanda asal Indonesia.
Pihak Australia juga mendorong Dewan Keamanan PBB mengakui kemerdekaan Indonesia. Dan terpenting, perjuangan Partai Buruh Australia secara berkesinambungan melakukan aksi-aksi mendukung kemerdekaan Indonesia.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Australia dalam mengakui kemerdekaan Indonesia mendapat pujian dari Sutan Sjahrir dalam pidatonya pada tahun 1945. Sjahrir menyatakan bahwa Austalia adalah “teman”. Karena melihat dari pengalaman kedua negara pada saat perang Pasifik melawan Jepang. Sutan Sjahrir juga berjanji jika Indonesia merdeka, maka Indonesia akan membantu kedaulatan Australia.
Dukungan PBB
Selain ketiga negara itu, ada juga nih dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). PBB adalah organisasi internasional yang besifat global dan dibentuk setelah berakhirnya Perang Dunia II, yaitu pada tanggal 24 Oktober 1945. Pelopor dari berdirinya PBB adalah Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis, dan Republik Rakyat Tiongkok. Peranan PBB diantaranya
Pada tanggal 1 Agustus 1947, PBB meminta kedua belah pihak melakukan gencatan senjata dan menyelesaikan perundingan.
Pada tanggal 4 Agustus 1947, PBB memberlakukan pemberhentian permusuhan oleh Komisi Konsuler.
Setelah Agresi Militer I, DK PBB membentuk Komis Jasa Baik atau Komisi Tiga Negara demi terlaksananya perundingan Renville.
Setelah Agresi Militer II, DK PBB membentuk UNCI untuk menggantikan KTN yang dianggap gagal demi terlaksananya Perundingan Roem-Royen
Pemerintah RI mengutus Lambertus Nicodemus Palar sebagai Wakil Tetap RI pertama di PBB. Ia berperan besar dala usaha mendapatkan pengakuan internasional kemerdekaan Indonesia.
Itulah respon dunia terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia, namun ada juga negara yang menolak mengakui Kemerdekaan Indonesia. Negara tersebut ialah Belanda
Penolakan Belanda
Belanda menganggap pada saat itu Indonesia belum merdeka dan masih dikuasai Belanda. Artinya jika Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945 itu artinya Belanda menyerang sebuah negara yang berdaulat setelah Perang Dunia Kedua. Belanda berperang dengan Indonesia pada 1945-1949 untuk kembali berkuasa. Peristiwa pembantaian pada masa itu menurut Belanda adalah 'tindakan polisi' belaka, bukan kejahatan perang,
Pihak Belanda berkali-kali melakukan aksi polisionil dengan alasan ingin menertibkan kondisi keamanan Hindia Belanda dari para pemberontak. Maka tak heran Belanda kembali datang untuk alih-alih “menertibkan”.
Belanda merupakan negara yang menolak kemerdekaan Indonesia dan ingin merebut kembali Indonesia. Peristiwa perebutan kembali ini terjadi pada Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948). Berkali-kali melakukan perundingan mulai dari perundingan linggarjati, perjanjian renville, perjanjian roem-royem dan konferensi meja bundar (KMF). Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia pada koferensi meja bundar tahun 1949. Hasil konferensi meja bundar yaitu membagi wilayah Indonesia dalam bentuk Federasi, RIS (Republik Indonesia Serikat).
Comments